Plywood Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Furniture
Jika banyak yang belum mengetahui tentang apa sih sebenarnya yang disebut dengan plywood itu? Di dalam bahasa Indonesia Plywood itu disebut kayu lapis, namun dalam bahasa yang digunakan oleh para tukang kayu atau orang awam biasa menyebutnya dengan tripleks serta diinstansi pendidikan menyebutnya dengan multipleks yang berarti beberapa lapisan.
Plywood itu sendiri terbuat dari beberapa lembaran tipis atau lapisan yang arah seratnya disusun dengan saling melintang antara lembaran bawah dengan lembaran atasnya secara bersamaan dengan lem khusus di bawah tekanan besar sehingga didapatkan ketebalan tertentu.
Lembaran-lembaran tersebut biasanya di peroleh dari proses pengupasan kayu log/gelondong secara rotary. Dari proses ini diperoleh lembaran yang lebar dan panjang pada ketebalan yang paling kecil (0.3mm – 3 mm). Beberapa standar ketebalan sebuah plywood dmulai dari standar ketebalan 3mm, 4mm, 6mm,9mm,12mm,15mm,18mm dan seterusnya.
Pada awalnya plywood diproduksi karena kebutuhan akan papan lebar sangat besar dan apabila menggunakan kayu solid sangat beresiko tinggi terhadap efek penyusutan kayu (melengkung, melintir dan pecah/retak). Namun demikian plywood juga memiliki keterbatasan dalam ukuran panjang dan lebar.
Kelebihan dari plywood itu sendiri adalah bahan ini sangat tahan terhadap resiko pecah/retak, melengkung atau melintir yang tergantung pula pada ketebalannya,daya tahannya terhadap penyusutan kayu dan ukuran panjang lebar yang tidak mungkin didapatkan dari kayu solid pada posisi kualitas yang sama. material ini hanya direkomendasikan untuk perabot di dalam ruangan (indoor).
Kelemahan paling besar pada plywood terdapat pada sisi tebalnya. Sisi tebal plywood merupakan bagian yang paling mudah menyerap air dan permukaannya sangat kasar. Untuk mendapatkan kehalusan yang baik harus ditambahkan penutup sisi tebal.
Sebenarnya kayu lapis memiliki potensi besar sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan terhadap papan dan untuk meninggkatkan devisa negara. Namun potensi itu tidak tampak akibat pemanfaatan yang kurang profesional serta isu-isu buruk tentang kayu lapis yang mengurangi permintaan terhadap kayu lapis.